Langsung ke konten utama

(calon) Apoteker Belajar Komunikasi Kuyy!


Sebagai calon salah satu tenaga kesehatan (Apoteker) aku masih harus banyak belajar masalah komunikasi. Apalagi diriku skill basa-basinya minim banget-banget. Padahal masalah komunikasi itu ternyata sangat penting banget sekali di bidang kesehatan. Komunikasi ini ternyata dampaknya terpampang nyata terhadap adherence dari pasien itu sendiri, yang ujung-ujungnya akan berpengaruh pada tercapainya tujuan terapi. Hmmm… Makanya jangan meremehkan pelajaran yang kayaknya kok “Cuma” komunikasi aja. Kan sebagai tenaga kesehatan (re: Apoteker) kita harus berorientasi pada pasien. Ya walaupun skill berkomunikasi itu harus dilatih terus sih, nggak Cuma mengandalkan teori di kelas. Hehe

Ngomong-ngomong tentang hubungan komunikasi dengan adherence pasien, aku mau bahas yang namanya adherence. Apasih adherence? Kepatuhan kah? Trus bedanya dengan compliance dan concordance apa dong? Ada sebuah artikel dari NCSDO tahun 2005 ynag judulnya “Concordance, Adherence, and Compliance in Medicine Taking” yang menjelaskan definisi dari ketiga istilah itu. Di situ compliance diartikan sebagai perilaku pasien yang sesuai dengan rekomendasi prescriber (re: dokter) dan istilah ini menandakan kurangnya peranan pasen, jadi intinya si pasien itu manut-manut aja terhadap perintah dokter dalam pengobatannya (missal harus minum obat, menghindari ini, perbanyak itu, dll). Sementara itu, adherence didefinisikan sebagai perilaku pasien yang sesua dengan rekomendasi dari dokter  yang telah DISETUJUINYA. Nah disini perbedaanya, yaitu adanya persetujuan dan pasien bebas mau adhere atau nggak (tetapi itu jangan dijadikan alasan untuk menyalahkan pasien loh ya, “salahnya ngeyel sih” jangan gitu haha). istilah adherence ini yang direkomendasikan dalam mendeskripsikan perilaku pasien dalam menjalankan terapi. Untuk istilah ketiga, concordance, aku agak bingung memahaminya… di artikel itu sih disebut kalau istilah ini lebih sering dipakai di UK yang dulunya definisinya berfokus pada PROSES konsultasi dimana dokter dan pasien setuju terhadap keputusan pengobatan menjadi konsep yg lebih luas mulai dari komunikasi peresepan sampai support pasien dalam penggunaan obat.

Lalu apa hubungannya komunikasi dengan adherence? komunikasi yang efektif ternyata akan meningkatkan adherence dari pasien karena dengan komunikasi yang efektif itu dapat meningkatkan pemahaman pasien akan manfaat serta resiko mengenai pengobatan yang akan/sedang dijalaninya. Komunikasi yang efektif sendiri dapat dilakukan dengan model pendekatan biopsikososial, yaitu pendekatan kesehatan yang menitikberatkan pada perlakuan terhadap pasien mencakup seluruh aspek mulai dari biologi, psikologi, perilaku, maupun social. Ada sebuah studi meta analisis, yang menyebutkan bahwa benar Komunikasi adalah komponen penting dalam proses perawatan medis, dan melalui hubungan dokter pasien, pasien diinformasikan tentang rejimen terapi, didorong, dimotivasi dan dibantu. Kepatuhan pasien berhubungan dengan komunikasi dokter dan kepatuhan dapat ditingkatkan bila dokter dilatih untuk menjadi komunikator yang lebih baik. Saat penyakit pasien kurang parah, pelatihan komunikasi berefek lebih besar pada peningkatan kepatuhan, sebab pasien dengan penyakit yang lebih parah memiliki kepatuhan yang lebih rendah. Tapi meta analisis tadi hanya meneliti tentang komunikasi dokter kepada pasien yang dibahas, belum membahas komunikasi perawat dan tenaga kesehatan yang lain (termasuk APOTEKER) serta intervensi dari pasien untuk berkomunikasi.

Jadi ingat kata ibu Susi, penelitian komunikasi apoteker itu belum banyak. Maka kita harus mulai menunjukkan eksistensi kita dalam pelayanan kesehatan, kita harus lebih baik lagi dalam berkomunikasi kepada pasien, supaya adherence pasien meningkat dan nantinya outcome terapi yang diharapkan bisa tercapai. Komunikasi itu nggak terbatas kepada pasien aja sih, komunikasi ke tenaga kesehatan lain dan sejawat apoteker juga harus dilatih. Sebagai calon apoteker aku jadi tertampar karena komunikasiku masih buruk banget, masih sering grogi (apalagi pas komdis yang jadi pasien sama dokternya ganteng lol). Kata ibu bondan by the time kita akan mulai terbiasa kok, asal latihan. Kuyy para calon apoteker, tetep semangat ya memperbaiki skill! Demi kemaslahatan umat <3

reference:
http://www.nets.nihr.ac.uk/__data/assets/pdf_file/0009/64494/FR-08-1412-076.pdf
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2728700/pdf/nihms109392.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Bahasa Mandarin

Susahnya cari tempat les bahasa Mandarin yang affordable di Jogja. Beberapa teman-temanku yang tanya dimana aku belajar bahasa Mandarin harus kecewa karena tempat les ku udah gulung tikar. Kalaupun ada biasanya susah buat lanjut ke level-level selanjutnya karena kekurangan quota. Kalau mau yang agak mahalan sih ada, bisa privat tanpa nunggu kuota. Tapi kan ya... you know lah, cari duit gak gampang wkwk. Aku sendiri beruntung pas SMA bisa merasakan belajar Mandarin, dapat teman orang China, dan merasakan les yang gak mahal sampe akhirnya bisa dapetin HSK walaupun borderline nilainya wkwkw. Belajar Mandarin itu susah-susah gampang. Gampangnya karena struktur kalimatnya gak gitu jauh dengan Bahasa Indonesia dan nggak ada gender kayak beberapa bahasa lain. Susahnya karena huruf di Mandarin itu non-alphabetic, tiap benda/kata ada hurufnya (character) tersendiri dan dengan character berbeda (arti berbeda) pengucapannya bisa aja sama. Belum lagi ada empat macam "nada" dalam pengucap...

dance #2

Another style of Javanese dance: Javanese dance Yogyakarta style. I  like this dance style, i've been learning it since high school and i fall in love with it!  And... I was watching this dance show at Bangsal Sri Manganti, Yogyakarta palace last week. There were 3 dances performed. All the dancers and pengrawit  (gamelan player) were students from swagayugama UGM. 1. Golek Sulung Dhayung This dance tells about a teenage girl. She is doing her make up as visualized in dressing movements: combing hair, tidying up her ribbon, applying face powder. The girl still has child characteristic that's why some movements of this dance are energetic. too bad i didn't take any pic of this dance :( update:  pics  of this dance but from another show 2. Bedhaya Sapta This dance was created by Sri Sultan Hamengku Buwana IX,  The 9th King of Ka sultanan Yogyakarta . This dance is performed by seven dancers, as its name, sapta which means seven. Bedhaya Sapta tells abou...

Ayam Pek Cam Ke

Ayam pek cam ke itu masakan yang enak dan sangaaat simple cocok buat pemula. Aku suka banget sama masakan rebus ini karena rasanya sederhana tapi mengen :" Keliatan dari namanya, Ayam pek cam ke ini masakan Chinese tau! Nama aslinya 白切鸡 (baca: báiqiējī). Di Indonesia nggak tau deh kenapa disebutnya pek cam ke. Mungkin logat Hokkien kali ya... Soalnya kalo Hokkien bacanya jadi "pe̍h-tshiat-ke" kan deket-deket tuh sama "pek cam ke" *maksa*. Pek cam ke atau báiqiējī terdiri dari tiga karakter yaitu, bái (白) yang artinya putih. Sedangkan qiē (切) berarti potong. Lalu kalo  jī (鸡) artinya ayam. Jadi 白切鸡 artinya ayam potong putih *haha 😂 ngawur* . Pokoknya intinya ini masakan ayam yang penyajiannya emang dipotong-potong trus warnanya putih karena masaknya cuma direbus. Nggak usah kebanyakan fafifu nih aku share cara bikinnya. Bahan : Ayam Jahe daun bawang Bawang  Garam minyak wijen Merica Pelengkap:  Bawang putih, cincang goreng Kecap asin Minyak Wijen Daun ketumbar ...